30 Desember 2015

SENI RUPA : 20. ORIGAMI


SENI RUPA : 19. MERANGKAI








SENI RUPA : 18. M3 (MELIPAT, MENEMPEL, MENGGUNTING)


SENI RUPA : 17. MEMBUTSIR


SENI RUPA : 16. MAKRAME


SENI RUPA : 15. TOPENG (BUBUR KERTAS)






SENI RUPA : 14. MENGANYAM




SENI RUPA : 13. WAYANG SUKET







SENI RUPA : 12. MONTASE




SENI RUPA : 11. KOLASE






09 Oktober 2015

SENI RUPA : 4. CETAK PENAMPANG


Mari membuat cetak penampang!

roro-darin.blogspot.com



Bahan dan alat yang diperlukan: kertas, pewarna, pelepah daun, umbi-umbian, buah, pisau, cutter/ silet, gelas plastik bekas, kapas, koran bekas.

Untuk pewarna bisa menggunakan pewarna alami (seperti kunir untuk warna kuning dll) maupun pewarna buatan (seperti cat air, pewarna kue, sumbo, dll).


Sekarang perhatikan prosedur pengerjaannya:


1. Pilihlah penampang apa yang akan dijadikan acuan cetaknya, saya menggunakan pelepah daun pisang. Pelepah daun yang sering dijadikan acuan cetak adalah: pelepah daun pisang, pelepah daun talas, pelepah daun pepaya. Buah belimbing dapat pula dijadikan sebagai acuan cetak.

2. Potonglah penampang bahan acuan cetak itu dengan pisau, cutter atau silet. Arah potongan bebas yaa..

Usahakan agar permukaan potongan rata. Kerataan permukaan potongan sangat menentukan hasil cetakannya.

3. Siapkan pewarna, saya memakai sumbo dan pewarna kue. Kemudian tuangkan masing-masing pewarna dan air secukupnya di dalam masing-masing gelas plastik bekas.

     4. Mencetakkan acuan cetak. Untuk mendapatkan hasil yang memuaskan ikutilah petunjuk ini: 
        a) Penampang acuan cetak yang masih basah tekankan pada pewarna yang ada pada alas warna tadi.
        b) Selanjutnya tempelkan (sambil ditekan) acuan cetak tersebut pada kertas yang sudah diletakkan di atas koran.  
      c) Kemudian angkat acuan cetaknya. Gambar acuan cetak akan tertera pada kertas. Untuk membuat bentuk/gambar yang sama, lakukan kegiatan seperti yang dilakukan sebelumnya beberapa kali bergantung kebutuhan pada kertas yang sama atau yang lain.
      d) Acuan cetak yang sudah kering (tidak mengeluarkan cairan), pengisian warnanya harus dengan cara menempelkan acuan cetak tersebut pada spon/busa, atau kapas yang sudah diisi pewarna. Pencetakannya sama seperti pada pencetakkan acauan cetak sebelumnya. Demikian pula pengulangan pencetakkannya.
 e) Perlu diperhatikan agar pewarna yang menempel pada acuan cetak tidak berlebihan, tidak pula kekurangan. Bila hal ini terjadi, hasil cetakannya tidak akan memuaskan.

Jika Anda menggunakan cetakan dari umbi-umbian, kita harus membuat acuan cetak terlebih dahulu. Umbi-umbian yang biasa digunakan untuk acuan cetak diantaranya adalah: ubi jalar, kentang, talas, wortel, ketela pohon.


Proses kerjanya sebagai berikut:


        a)  Potonglah umbi yang sudah dipilih untuk acuan cetak serata mungkin.

        b) Buatlah gambar/bentuk pola pada permukaan potongan yang rata tadi.

       c) Selanjutnya hilangkan atau rendahkan bagian permukaan yang nantinya tidak akan memindahkan gambar/bentuk dengan jalan mengerat atau menorehnya.

       d) Siapkan pewarna sebelum melakukan pencetakkan. Namun sebaiknya lihat kembali proses pencetakan penampang yang basah dan yang kering. Pada cetak umbi-umbian ternyata ada umbi-umbian yang masih mengandung cairan dan sebaliknya. Oleh sebab itu untuk acuan cetak dari umbi-umbian yang masih basah, gunakan serbuk warna. Sedangkan untuk acuan cetak dari umbi-umbian yang sudah kering, pewarna harus dicampur dahulu dengan air. Dan untuk tata cara pencetakkannya lihat proses cetak penampang yaa..


Oh ya, perlu diperhatikan agar pada proses cetak ini (penampang dan umbi-umbian), digunakan alas yang agak empuk. Alas yang keras kurang baik hasilnya.



01 Oktober 2015

SENI RUPA : 3. INKBLOT

Mari membuat inkblot!

Pertama kita siapkan bahan yang diperlukan.
Bahan dan alat yang diperlukan:
Untuk pewarna bisa menggunakan pewarna alami (seperti kunir untuk warna kuning dll) maupun pewarna buatan (seperti cat air, pewarna kue, sumbo).
Sekarang perhatikan prosedur pengerjaannya:

 






1. Buatlah garis tepi dengan menggunakan penggaris, ukurannya kurang lebih 1,5cm yaa.. 








 







2. Ambil cat air kemudian teteskan warnanya diatas kertas, warna bebas yaa..














3. Lalu lipatlah kertas tepat dibagian tengah sisi panjangnya





4. Kertas yang dilipat digosok dengan pinggir telapak tangan


 5. Bukalah kertas dan keringkan!
Inkblot selesai  ^-^


Mudah kan?




Karya lain saya:
 http://roro-darin.blogspot.co.id/

SENI RUPA : 2. TARIKAN BENANG

Mari membuat tarikan benang!

Pertama kita siapkan bahan yang diperlukan.
Bahan dan alat yang diperlukan:
Untuk pewarna bisa menggunakan pewarna alami (seperti kunir untuk warna kuning dll) maupun pewarna buatan (seperti cat air, pewarna kue, sumbo).
Untuk benang yang saya gunakan benang kasur.

Sekarang perhatikan prosedur pengerjaannya:







1. Buatlah garis tepi dengan menggunakan penggaris, ukurannya kurang lebih 1,5cm yaa..



2. Ukurlah benang kasur sepanjang 40-45cm kemudian gunting.





3. Siapkan pewarna sesuai keinginanmu, bisa menggunakan pewarna alami (seperti kunir untuk warna kuning dll) maupun pewarna buatan (seperti cat air, pewarna kue, sumbo).






4. Celupkan potongan benang kasur tadi ke dalam palet pewarna, warna bebas yaa...






5. Letakkan benang tadi di atas kertas, letak benang bebas.






6. Jangan sampai lupa, benang yang tidak terkena pewarna berada diluar kertas yaa..






7. Kemudian lipatlah kertas tepat dibagian tengah sisi panjangnya






8. Sambil kita menekan kertas dengan telapak tangan, tariklah ujung benang tadi sampai keluar (arah tarikan bebas)


9. Bukalah kertas dan keringkan!
Tarikan benang selesai ^-^


Mudah kan?




Karya lain saya:
http://roro-darin.blogspot.co.id/l



SENI RUPA : 1. MEMBATIK SEDERHANA


Mari membuat batik sederhana!


Pertama kita siapkan bahan yang diperlukan.
Bahan dan alat yang diperlukan:
Untuk pewarna bisa menggunakan pewarna alami (seperti kunir untuk warna kuning dll) maupun pewarna buatan (seperti cat air, pewarna kue, sumbo, krayon, lilin).
Untuk kuas yang digunakan bisa membuat sendiri loh!

Coba simak cara membuat kuas sederhana :

Sekarang perhatikan prosedur pengerjaannya:





1. Buatlah garis tepi dengan menggunakan penggaris, ukurannya kurang lebih 1,5cm yaa






2. Gambarlah pola batik dengan pensil tipi-tipis, gambar pola bisa sesuai keinginanmu




3. Setelah gambar pola selesai, lalu tebali pola dengan lilin (untuk warna tak terlihat/putih) atau bisa ditebali dengan krayon warna (untuk menghasilkan pola terlihat warnanya)






4. Kemudian ambil kuas dan celupkan ke dalam palet cat air dan warnailah gambar sesuai keinginanmu



 5. Setelah semua gambar pola batik sudah penuh warna, maka keringkan dan batik sederhana selesai ^-^

Mudah kan?






Karya lain saya:







(PSR 1) TUGAS KELOMPOK 1 : MATERI WAWASAN SENI



A. Manusia dan Kebudayaan
Manusia sebagai mahluk ciptaan Tuhan memiliki segala kelebihan dan kesempurnaan, yang sangat berbeda dengan binatang. Binatang berkembang dari masa ke masa secara statis, alamiah, dan dengan perilaku yang naluriah. Manusia berkembang secara dinamis, bergerak dan berubah dari waktu ke waktu karena sejalan dengan perkembangan akal, budi, dan dayanya. Oleh karena itu manusia disebut sebagai mahluk budaya. Mahluk yang menggunakan akal (rasio) dalam berpikir untuk mengembangkan kehidupannya.
Ketika dilahirkan di muka bumi, manusia dalam keadaan lemah dan tidak berdaya. Ketidakberdayaan manusia -ketika dilahirkan- tampak dari keharusannya untuk belajar dan beradaptasi terhadap alam dan lingkungannya. Hal ini berbeda dengan makhluk hewan yang telah siap hidup dalam alam lingkungannya tanpa harus melalui proses belajar dan adaptasi yang lama. Dalam proses menuju kesempurnaannya, makhluk manusia memerlukan berbagai upaya untuk dapat mempertahankan hidupnya. Upaya yang dilakukan manusia itu merupakan suatu pemanfaatan sejumlah kemampuan yang dimilikinya. Kemampuan manusia tersebut di antaranya kemampuan otak yang dapat mengembangkan proses berpikir atau berakal budi. Kemampuan berakal budi pada manusia tidak dimiliki jenis makhluk lainnya, sehingga manusia disebut juga sebagai makhluk berakal budi atau makhluk berpikir. Dengan kemampuan berpikir, manusia dapat mengembangkan sistem-sistem yang dapat membantu mempertahankan kehidupannya. Sistem-sistem tersebut adalah sistem bahasa, sistem pengetahuan, sistem organisasi sosial, sistem teknologi, sistem mata pencaharian, sistem religi, dan kesenian). Keseluruhan sistem tersebut dinamakan kebudayaan (Koentjaraningrat, 1990:98).
Keseluruhan sistem tersebut mewujudkan beragam bentuk dan medium yang artifisial, sehingga dalam kehidupannya manusia berhadapan dengan realitas baru yaitu dunia simbol. Menurut Ernst Cassirer (1990) manusia tidak
hanya hidup dalam dunia fisik, tetapi hidup dalam dunia simbolis. Bahasa, mite, seni dan agama adalah bagian-bagian dunia simbolis itu. Cassirer juga menegaskan bahwa manusia selain memiliki kemampuan sistem berpikir, juga memiliki kemampuan sistem simbolis. Dengan sistem ini manusia mengembangkan pemikiran simbolis dan perilaku simbolis sebagai ciri khas manusiawi -yang berbeda dengan binatang. Hal ini terbukti karena manusia membuat dan menggunakan simbol dalam kehidupannya. Kehidupan budaya manusia dengan kekayaan dan ragamnya adalah bentuk-bentuk simbolis. Perkembangan kebudayaan manusia di dunia ini berkaitan erat dengan kemajuan sistem simbolis manusia.
Manusia sebagai makhluk yang berkebudayaan tidak bisa lepas dengan kehidupan manusia yang lain. Hal ini berarti bahwa manusia dalam mempertahankan hidupnya memerlukan interaksi dengan sesama dan lingkungannya. Interaksi manusia dalam suatu masyarakat akan berkembang menjadi salah satu kebutuhan (sosial), karena setiap manusia senantiasa memerlukan keberadaan manusia yang lain. Dengan demikian, manusia selain sebagai makhluk budaya juga makhluk sosial.
Kelompok manusia yang terorganisir dalam suatu masyarakat mengembangkan kemampuan berpikirnya untuk menciptakan kebudayaan. Sehingga kebudayaan yang diciptakan masyarakat sebenarnya akan merupakan sistem pengetahuan dan kepercayaan manusia yang disusun sebagai pedoman manusia dalam mengatur pengalamannya dan persepsi manusia untuk menentukan tindakan dan juga untuk memilih di antara alternatif yang ada (Kessing, 1981:68).
Salah satu unsur (subsistem) kebudayaan yang hidup di masyarakat adalah kesenian. Jika kebudayaan dipandang sebagai sistem pengetahuan atau sistem gagasan, maka konsekuensi logisnya kesenian merupakan sistem pengetahuan, nilai-nilai dan gagasan yang merujuk pada nilai keindahan. Kesenian yang berkembang dalam suatu kebudayaan masyarakat memiliki nilai- nilai yang bersifat universal. Artinya, bahwa kesenian dapat dipolakan secara sama.
Kesenian merupakan perwujudan dari ekspresi perasaan manusia. Manusia sebagai pencipta seni mengungkapkan perasaannya melalui beragam medium seni, dan karya seni merupakan suatu bentuk perwujudannya. Dalam konteks kesenian, ada tiga unsur pokok yang saling berkaitan yaitu pencipta seni (seniman), penikmat seni (masyarakat), dan karya seni (artifak).
Pencipta seni (seniman) -sebagai bagian dari masyarakat- merefleksikan kehidupan alam, masyarakat dan kebudayaannya dalam wujud karya seni yang sangat beragam, dan unik. Keragaman dan keunikan sebagai akibat dari keragaman kondisi alam, masyarakat dan kebudayaannya.
Suatu kesenian akan dapat berkembang karena didukung oleh masyarakatnya. Masyarakat berperan sebagai penikmat yang merasakan dampak seni bukan dari perasaan atau pengertiannya tetapi dari imajinasinya. Setiap masyarakat memiliki bentuk kesenian yang berbeda karena masyarakat juga berbeda-beda. Kesenian yang berkembang pada kelompok masyarakat perkotaan berbeda dengan masyarakat pedesaan. Kesenian masyarakat modern berbeda pula dengan masyarakat tradisional. Perbedaan tersebut disebabkan antara lain oleh sistem nilai, kondisi alam dan lingkungan, serta tatanan sosial- budayga.
Karya seni anak-anak juga dapat dikelompokkan ke dalam karya seni, walaupun ketegasan mengenai seni anak-anak baru dibicarakan dalam wacana pendidikan seni. Artinya bahwa ada semacam dua paradigma dalam kenyataan seni orang dewasa dan seni anak-anak. Atau hal ini mungkin disebabkan oleh pernyataan yang menegaskan bahwa semua anak itu "seniman" atau manusia kreatif, yang memiliki kebakatan universal dalam masa petumbuhan psikologis anak-anak.
Contoh Karya Seni Lukis Anak-anak

B. Pengertian Seni
Seni mempunyai usia yang lebih kurang sama dengan keberadaan manusia di muka bumi ini. Dalam usia yang sangat tua, seni telah menjadi bagian dari sejarah kehidupan budaya manusia di berbagai belahan bumi, dengan beraneka macam bentuk dan jenis. Walaupun orang telah akrab dengan istilah 'seni', namun terkadang masih belum jelas tentang 'apakah definisi seni itu'.
Herbert Read menyatakan bahwa istilah 'art pada umumnya dihubungkan dengan bagia seni yang biasa ditandai dengan istilah 'plasti' atau 'visual', tetapi semestinya di dalamnya termasuk pula seni sastra dan seni musik.

Sesungguhnya memang terdapat ciri-ciri tertentu yang dapat menandai semua cabang seni, dan sekalipun dalam catatan ini kita hanya berurusan denan seni plastis (seni rupa), namun suatu definisi yang berlaku umum terhadap semua cabang seni akan merupakan suatu titik tolak yang baik bagi penjelajahan kita.
Schopenhauer adalah orang pertama yang menyatakan bahwa semua cabang seni bersumber pada kondisi seni musik; pernyataan ini sering disebut- sebut, sehingga menyebabkan sebagian besar kesalahtafsiran, namun sebenarnya ia mengungkapkan suatu kebenaran yang penting. Sesungguhnya Schopenhauer berpikir tentang kualitas abstrak dari seni musik, dan hampir hanya dalam seni musik saja seorang seniman memiliki kemungkinan untuk menarik perhatian publik secara langsung, tanpa intervensi medium komunikasinya yang sering juga dipakai untuk maksud-maksud lain.
Dalam hal ini kita dapat mengambil beberapa contoh. Seorang Penyair mesti menggunakan kata-kata yang berhubungan erat dengan maknanya dalam dialog sehari-hari. Seorang pelukis biasanya berekspresi dengan pengambaran keadaan dunia ini.
Hanya seorang komponis musiklah yang betul-betul bebas menciptakan karya seni sesuai dengan kesadarannya sendiri, dan dengan tiada tujuan lain kecuali untuk dapat menyenangkan.
Tetapi sebenarnya semua seniman mempunyai tujuan yang sama, ialah untuk menyenangkan, dan secara sederhana Herbert Read menyimpulkan bahwa seni adalah suatu usaha untuk menciptakan bentuk-bentuk yang menyenangkan.
Bentuk yang menyenangkan berarti memuaskan kesadaran keindahan kita. Rasa indah itu tercapai bila kita bisa menemukan kesatuan atau harmoni dari hubungan bentuk-bentuk yang kita amati. Definisi ini menyatakan pandangan dari segi kebentukan fisik (obyektivitas).
Definisi seni yang sederhana dan sering dilontarkan oleh publik secara umum ialah segala macam keindahan yang diciptakan manusia. Orang memandang bahwa seni merupakan karya keindahan yang menimbulkan kenikmatan. Kenikmatan meliputi aspek kepuasan jasmani-rohani, yang muncul setelah terjadi respon kepuasan dalam jiwa manusia, baik sebagai pencipta (kreator) ataupun penikmat (apresiator).
Kesenian tradisional kita, misalnya gamelan, merupakan paduan suara (nada) yang indah yang mengenakkan telingan (pendengaran). Hiasan ukiran pada suatu dinding kamar memberikan kesemarakan pandangan mata. Tarian Sunda yang lembut dan gemulai juga menyejukkan rasa, setelah kita menikmati dan menghayatinya.
Kini persoalan seni adalah keindahan tidak selamanya bertahansebagai satu-satunya definisi. Dalam seni kontemporer (termasuk seni modern) yang dihasilkan seniman tidak hanya karya yang indah, tetapi juga karya yang tidak indah dan tidak menyenangkan. Banyak karya seni kini lahir justru bukannya menyenangkan, tetapi memberikan berbagai persoalan yang rumit (sebagai problem kehidupan). Tema dalam seni tumbuh dari manifestasi kesengsaraan, kemelaratan kekacauan atau bahkan protes sosial, dengan berbagai teknik.
Karya Seni Lukis Dinding Gua (Cave Painting), Zaman Prasejarah di Indonesia

Jika menonton atau menikmati karya seni teater atau musik kontemporer, serasa kita digelitik perasaan, atau dikuras pemikiran kita untuk berupaya menelusuri alur cerita yang absurd (tidak mudah dimengerti, atau tidak berujung pangkal). Kadang-kadang juga dihadapkan pada rangsangan interpretasi (penafsiran) isi/ bentuk seni yang sedang atau sudah kita nikmati.
metode penciptaan yang eksperimental dan bernuansa ekspresif dalam berbagai bentuk ungkapan.
Definisi seni yang lain dapat dijumpai dalam Everyman Encyclopedia, yaitu bahwa seni merupakan segala sesuatu yang dilakukan orang bukan atas dorongan kebutuhan pokoknya, melainkan adalah apa saja yang dilakukannya semata-mata karena kehendak akan kemewahan, kenikmatan, ataupun karena kebutuhan spiritual. Sendok dibuat untuk memenuhi kebutuhan pokok, sebagai alat makan. Maka sendok bukanlah karya seni menurut definisi tersebut. Masih banyak karya (benda) yang lain yang kita jumpai, misalnya rumah, pakaian penutup aurat, dan barang yang digunakan untuk kebutuhan pokok hidup kita, yang bukan seni. Yang seni yaitu alat musik gamelan, ukiran kayu, dan lain-lain sejenisnya. Pakaian kita sebagai penutup aurat yang dibuat bukan hanya sebagai penutup atau pelindung fisik, tetapi si perancang (pembuat pakaian) berusaha memperindah motif serta modelnya dengan tujuan untuk menghias pakaian tersebut, tentu saja hiasan atau model pakaian itu merupakan karya seni.
 Kapak Bahu, Karya Kria/Kerajinan Zaman Prasejarah: Berfungsi sebagai Perkakas Sehari-hari

Ki Hajar Dewantara seorang tokoh Pendidikan Nasional kita telah membuat definisi seni sebagai berikut: "Seni adalah perbuatan manusia yang timbul dari hidup perasaannya dan bersifat indah, hingga dapat menggerakkan jiwa perasaan manusia yang lain, yang menikmati karya seni tersebut" (Ki Hajar Dewantara, 1962:330).
Definisi Ki Hajar Dewantara tersebut sejalan dengan pemikiran Leo Tolstoy yang menyatakan bahwa seni memiliki proses 'transfer offeeling', atau pemindahan perasaan dari si pencipta ke penikmat seni. Dalam hal ini seni merupakan suatu sarana komunikasi perasaan manusia (Tolstoy, 1960:51).
Definisi yang lain, dari pernyataan Akhdiat Kartamiharja, yang menekankan bahwa seni merupakan kegiatan psikis (rohani) manusia yang merefleksi kenyataan (realitas). Karena bentuk dan isi karya tersebut memiliki daya untuk membangkitkan atau menggugah pengalaman tertentu dalam alam psikis (rohani) si penikmat atau apresiator. Bila ditelaah, definisi tersebut mengetengahkan peranan jiwa dalam proses berkarya seni dan karya seni itu sendiri. Seniman yang melukis (menggambar) hanya dengan menggerakkan tangan saja (aktivitas fisik), namun tidak melibatkan jiwa (ekspresi emosi), maka karyanya belum dapat dinamakan seni.
Ahli seni dan filsuf berkebangsaan Amerika, Thomas Munro, mendefinisikan seni sebagai alat buatan manusia yang menimbulkan efek-efek psikologis atas manusia lain yang melihatnya. Efek tersebut mencakup tanggapan-tanggapan yang berujud pengamatan, pengenalan, imajinasi, yang rasional maupun emosional (Munro, 1963:19). Kedua definisi terakhir tersebut di atas memberikan pernyataan yang sama, yaitu seni sebagai kegiatan psikis (rohani) atau merupakan manifestasi jiwa.
Sudjojono, seorang pelukis zaman revolusi kemerdekaan Indonesia, yang dianggap sebagai pendobrak tradisi seni lukis pemandangan alam, juga menyatakan bahwa seni adalah produk ekspresi jiwa. Seni tanpa jiwa ibarat masakan tanpa garam. Isi karya seni yang hidup tercermin dari kandungan psikis/jiwanya (Yuliman, 1976:9-10).
Popo Iskandar, pelukis akademis, yang pengabdiannya pada dunia seni lukis dan pendidikan seni rupa telah cukup lama, menyatakan bahwa seni merupakan ekspresi yang dikongkritkan dalam kesadaran hidup berkelompok atau bermasyarakat.
Karya Seni Lukis Baru Indonesia, Popo Iskandar: "Empat Macan" (1998)

Karya seni juga memiliki nilai sosial. Kehadiran seni didukung oleh adanya komunikasi antara masyarakat dengan pencipta (seniman). Ekspresi seni yang terwujud menjadi karya seni yang merupakan sarana komunikasi dan dalam upaya berinteraksi sosial. Mustahil karya seni dikatakan keberadaannya tanpa dukungan masyarakat penikmat (apresiator). Justru proses berkesenian merupakan satu kesatuan antar unsur pencipta dan penikmat, hingga terjadi intteraksi apresiatif.
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, seni diartikan sebagai keahlian membuat karya yang bermutu (dilihat dari segi kehalusannya, keindahannya, dan sebagainya) (Depdikbud, 1989:816).
Masih banyak definisi dari para pakar seni, seniman, guru seni ataupun masyarakat penikmat seni. Secara sementara kita dapat menyusun sendiri definisi seni yang didasari oleh berbagai definisi sebelumnya.
Seni ialah ekspresi perasaan manusia yang dikongkritkan, untuk mengkomunikasikan pengalaman batinnya kepada orang lain (masyarakat penikmat) sehingga merangsang timbulnya pengalaman batin pula kepada penikmat yang menghayatinya. Seni lahir karena upaya manusia dalam memahami kehidupan ini, baik kehidupan sosial, ekonomi, alam, dan sebagainya. Ekspresi tersebut dikongkritkan melalui media gerak (tari), suara (musik), rupa, dan penggabungan/peleburan berbagai media akan melahirkan kesatuan estetik. Media berekspresi seni rupa meliputi bentuk, warna, bidang, garis, barik/tekstur, dan unsur-unsur estetik.

C. Apakah Keindahan itu?
Ide terpenting dalam sejarah estetika filsafati sejak zaman Yunani Kuno sampai abad 18 ialah masalah yang berkaitan dengan keindahan (beauty). Persoalan yang digumuli oleh para filsuf ialah "Apakah keidahan itu?".
Menurut asal katanya, "keindahan" dalam perkataan bahasa Inggris: beautiful (dalam bahasa Perancis beau, sedang Italia dan Spanyol bello yang berasal dari kata Latin bellum. Akar katanya adalahbonum yang berarti kebaikan, kemudian mempunyai bentuk pengecilan menjadi bonellum dan terakhir dipendekkan sehingga ditulis bellum. Menurut cakupannya orang harus membedakan antara keindahan sebagai suatu kwalita abstrak dan sebagai sebuah benda tertentu yang indah. Untuk perbedaan ini dalam bahasa Inggris sering dipergunakan istilah beauty (kendahan) dan the beautifull (benda atau hal yang indah). Dalam pembahasan filsafat, kedua pengertian itu kadang-kadang dicampuradukkan saja.
Selain itu terdapat pula perbedaan menurut luasnya pengertian yaitu:
a.  Keindahan dalam arti yang luas.
b.   Keindahan dalam arti estetis murni.
c.  Keindahan dalam arti terbatas dalam hubungannya dengan penglihatan.
Keindahan dalam arti yang luas, merupakan pengertian semula dari bangsa Yunani, yang di dalamnya tercakup pula ide kebaikan. Plato misalnya menyebut tentang watak yang indah dan hukum yang indah, sedang Aristoteles merumuskan keindahan sebagai sesuatu yang selain baik juga menyenangkan. Plotinus menulis tentang ilmu yang indah dan kebajikan yang indah. Orang Yunani dulu berbicara pula mengenai buah pikiran yang indah dan adat kebiasaan yang indah. Tapi bangsa Yunani juga mengenal pengertian keindahan dalam arti estetis yang disebutnya symmetria ntuk keindahan berdasarkan penglihatan (misalnya pada karya pahat dan arsitektur) dan 'harmonia' untuk keindahan berdasarkan pendengaran (musik). Jadi pengertian keindahan yang seluas-luasnya meliputi: - keindahan seni, keindahan alam, keindahan moral,
keindahan intelektual. Keindahan dalam arti estetika murni,menyangkut pengalaman estetis dari seseorang dalam hubungannya dengan segala sesuatu yang dicerapnya. Sedang keindahan dalam arti terbatas, lebih disempitkan sehingga hanya menyangkut benda-benda yang dicerap dengan penglihatan, yakni berupa keindahan dari bentuk dan warna secara kasat mata.
Pembagian dan pembedaan terhadap keindahan tersebut di atas, masih belum jelas apakah sesungguhnya keindahan itu. Ini memang merupakan suatu persoalan fisafati yang jawabannya beranekaragam. Salah satu jawaban mencari ciri-ciri umum yang pada semua benda yang dianggap indah dan kemudian menyamakan ciri-ciri atau kwalita hakiki itu dengan pengertian keindahan. Jadi keindahan pada dasarnya adalah sejumlah kwalita pokok tertentu yang terdapat pada sesuatu hal. Kwalita yang paling sering disebut adalah kesatuan (unity), keselarasan (harmony),kesetangkupan (symmetry), keseimbangan (balance) dan perlawanan (contrast).
Ciri-ciri pokok tersebut oleh ahli pikir yang menyatakan bahwa keindahan tersusun dari pelbagai keselarasan dan perlawanan dari garis, warna, bentuk, nada dan kata-kata. Ada pula yang berpendapat bahwa keindahan adalah suatu kumpulan hubungan-hubungan yang selaras dalam suatu benda dan diantara benda itu dengan si pengamat. Seorang filsuf seni dewasa ini dari Inggris bernama Herbert Read dalam (The Meaning of Art)merumuskan definisi bahwa keindahan adalah kesatuan dari hubungan-hubungan bentuk yang terdapat diantara pencerapan-pencerapan inderawi kita (beauty is unity of formal relations among our sense-perceptions).
Sebagian filsuf lain menghubungkan pengertian keindahan dengan ide kesenangan (pleasure). Misalnya kaum Sofis di Atena (abad 5 sebelum Masehi) memberikan batasan keindahan sebgai sesuatu yang menyenangkan terhadap penglihatan atau pendengaran (that which is pleasant to sight or hearing). Sedang filsuf Abad Tengah yang terkenal Thomas Aquinas (1225-1274)merumuskan keindahan sebagai id quod visum placet (sesuatu yangmenyenangkan bila dilihat).
Masih banyak definisi-definisi lainnya yang dapt dikemukakan, tapi tampaknya takkan memperdalam pemahaman orang tentang keindahan, karena berlain-lainannya perumusan yang diberikan oleh masing-masing filsuf. Kini para ahli estetik umumnya berpendapat bahwa membuat batasan dari istilah seperti 'keindahan' atau 'indah' itu merupakan problem semantik modern yang tiada satu jawaban yang benar. Dalam estetik modern orang lebih banyak berbicara tentang seni dan pengalaman estetis, karena ini bukan pengertian abstrak melainkan gejala sesuatu yang konkrit yang dapat ditelaah dengan pengamatan secara empiris dan penguraian yang sistematis. Oleh karena itu mulai abad 18 pengertian keindahan kehilangan kedudukannya. Bahkan menurut ahli estetik Polandia Wladyslaw Tatarkiewicz, orang jarang menemukan konsepsi tentang keindahan dalam tulisan-tulisan estetik dari abad 20 ini.
Karya Seni Rupa Modern Barat, Jackson Pollock
Karya Seni Rupa Baru Indonesia, Affandi